BoboSyantik -
Pengalaman Seks Perdanaku Waktu itu umurku 11 tahun umur yang sangat muda
bahkan boleh dikatakan masih anakanak untuk mengetahui mengenai hubungan sex atau
bersenggama, mendengar kata itupun aku tidak pernah dan memang sebelum kejadian
itu aku tidak pernah tahu mengenai masalah sex apalagi berhubungan sex dengan
lawan jenisku. Tetapi karena kejadian itulah yang menjadi awal hidupku dalam
sex, aku langsung melakukan, merasakan dan mengetahui hubungan sex dan
kenikmatannya sampai sekarang. Seperti harihari biasanya sepulang dari sekolah
aku pasti langsung keluar bermain sehabis makan siangku, waktu itu aku dan dua
teman lakilakiku serta satu teman perempuan, sebut saja namanya Awal, Nono dan
Ana pergi bermain ke rumah salah satu teman perempuan kami yang masih satu
lorong dengan kami namanya Tari. Diantara kami berlima hanya Ana yang mempunyai
postur tubuh yang seperti orang dewasa, maksud saya seperti sudah berumur 16
tahun padahal umurnya baru 13 tahun, lebih tua dua tahun dari kami
berempat.
Kisah Pengalaman SeksPertamaku
Rumah Tari berada paling dalam di lorong kami
kirakira 6 rumah dari rumahku. Aku, Awal, Nono dan Ana berjalan menyusuri
lorong kami menuju rumah Tari yang berada paling belakang. Kamipun tiba didepan
rumah Tari tetapi rumah itu kelihatan sepi tidak seperti biasanya terdengar
keras suara tape yang diputar oleh ibu Tari. Akupun mulai membuka pintu halaman
dan masuk ke halaman diikuti Ana, Nono dan Awal. Tari.. Tari.., teriak Ana
mencoba memanggil. Klek.. klok, terdengar suara kunci pintu depan dibuka dan
keluarlah seorang wanita dari pintu itu. Mari, cari Dik Tari ya?, tanya wanita
itu yang ternyata adalah Wati, pembantu di rumah itu. Tak lama kemudian dari
belakang Wati muncul Tari sambil memegang sebuah gelas berisi air. Ayo naik,
Tari menyuruh kami naik ke teras rumah. Kok sepi, kataku. Mama dan Papaku lagi
ke luar kota selama 2 hari, jawab Tari. Mungkin karena udara siang itu gerah
sekali maka Tari hanya memakai baju kaos kutang(mini size) dan rok pendek
berwarna biru sehingga kulitnya yang putih dan mulus itu hampir kelihatan
seluruhnya kalau payudaranya sih belum ada, ada sih tetapi BaTuTe alias Baru
Tumbuh Tete namanya juga masih anakanak pantas saja kalau ia berani hanya
memakai pakaian seadanya itu. Tari memang mempunyai wajah dan postur tubuh yang
sangat feminin dibanding dengan Ana. Tari sudah tahu kami datang kerumahnya
untuk bermain, Taripun masuk kedalam rumah dan kemudian keluar dengan membawa
segala macam permainan yang akan kami pakai bermain. Lalu Watipun keluar
membawa satu ceret berisi sirop dan lima gelas kosong dan diletakkannya diatas
meja teras. Kalau ada yang haus ini minumnya aku taruh disini, yang kemudian
masuk kedalam meninggalkan kami yang sudah asyik bermain dengan permainan kami
masingmasing. Dik Tari aku ke tetangga depan dulu ya.., kata wati yang sudah
berada dibawah halaman. Jangan lama ya Kak Wati! Kalau mereka semua sudah
pulang aku sendirian, kata Tari kepada pembantunya itu, yang dibalas dengan
anggukan kepala oleh Wati dan langsung keluar dari halaman dan menghilang.
Kamipun semakin asyik dan bebas bermain dirumah yang penghuninya tinggal Tari
sendiri. *** Cerita Sex Dewasa Terbaru *** Karena capek atau mungkin juga bosan
akupun berhenti bermain dan menuju meja tempat air sirop yang disediakan Wati
tadi sebelum pergi meninggalkan kami. Aku menumpahkan sirop itu kedalam gelasku
dan meminumya dengan perasaan haus kemudian aku berbaring dilantai teras itu.
Rupanya Tari, Ana, Awal dan Nono melihatku berhenti bermain merekapun ikut
berhenti dan mengambil minum, sama seperti aku lalu beristirahat. Awal dan Nono
ikutikutan berbaring di sampingku sementara Tari dan Ana duduk di kursi teras
sambil berbincangbincang ringan. Bagaimana kalau kita nonton video sambil
beristirahat, nanti sebentar selesai nonton baru kita lanjut bermain lagi?,
kata Ana kepada kami. Ide Ana itu akhirnya kami setujui bersama, lalu kami
berlima bergegas masuk kedalam rumah menuju ke ruang tengah tempat televisi
berada. Mau putar film apa ya..?, tanya Tari kepada kami sambil membuka lemari
tempat penyimpanan kaset videonya. Film kartun ada Tar?, tanya Nono. Aduh baru
kemarin sepupuku datang untuk meminjam film itu, jawab Tari. Bagaimana kalau film
perang atau detektif saja, kata Awal asal. Oh kalau itu banyak disini, Papaku
suka nonton film perang tetapi yang mana ya..?,
sambil menarik kemudian melihat satupersatu kaset
video yang ada didalam lemari itu dibantu oleh Ana. Ana memang paling suka nonton
video dirumahnya jadi urusan memilih film kami serahkan pada dia. Bagaimana
kalau yang ini, seru Ana sambil mengangkat sebuah kaset berwarna merah. Setelah
aku melihatnya dari dekat kemudian membaca dan melihat gambarnya ternyata film
James Bond(007) yang setahu aku terkenal dengan adeganadegan adu tembaknya dan
kejarkejaran dengan mobil. Film itu juga terkenal atau lagi trend pada waktu
itu. Aku pernah nonton ini sebagian dirumahku, aku jamin pasti tegang, kata Ana
pada kami sambil menyerahkan kaset video itu kepada Tari untuk diputarkan.
Kamipun mencari posisi masingmasing diruangan itu untuk menonton film tersebut
sementara Tari sibuk menyetelnyetel video dan televisinya. Aku melihat Awal
duduk diatas sofa sambil mengangkat kakinya satu yang tanpa dia sadari penisnya
keluar sedikit dari samping celananya karena hanya memakai celana pendek dan
tidak mengenakan celana dalam sama seperti saya, Nono dan anak lakilaki seumur
kami di daerahku. Sementara Nono mengambil posisi tiarap di lantai persis di depan
sofa tempat awal duduk. Taripun mundur ketika film sudah mulai bermain dan
duduk bersila di sofa panjang tempat Ana sedang tiarap dengan posisi melipat
kakinya kedepan sehingga roknya terangkat dan celana dalamnya dapat terlihat
dengan jelas olehku karena aku duduk tepat dibelakang sofa Tari dan Ana. Aku
memang berada paling belakang dari mereka berempat kirakira satu meter jaraknya
dari depan televisi. Adegan pertama dari film itu sudah seru sekali kami
lansung tegang menyaksikannya, adegan tembak menembak dan saling kejar dengan
mobil membuat kami kadang berteriak dan sesekali menahan napas, pokoknya seru
sekali. Tanpa sengaja aku melihat kearah Tari yang lagi duduk bersila sambil
memegang sebuah gelas panjang dan diletakkan ditengah kedua belah pahanya.
Apabila ada adegan yang tegang gelas itu dijepit erat sekali oleh kedua pahanya
dan menekan turun gelas itu, aku jadi ketawa sendiri melihat kelakuan Tari itu,
bukan karena pikiranku ngeres tapi karena aku membayangkan seandainya gelas itu
tibatiba pecah dan dia kaget. Akhirnya sampailah pada salah satu adegan yang
juga tak kalah menariknya dari adeganadegan adu tembak, ternyata film itu ada
adegan ranjangnya, ditambah lagi film ini tidak memakai teks bahasa Indonesia
seperti film asing lain yang telah melalui sensor sehingga adegan yang kami
lihat betulbetul full sex untuk ukuran anak seusia kami. Prianya bertelanjang
bulat hanya penisnya saja yang tidak kena kamera (shoot), namun wanitanya
hampir kelihatan semuanya hanya vaginanya yang sesekali terhalang oleh suatu
benda. Keadaan diruangan itu menjadi sunyi ketika adegan panas itu berlangsung
beda pada waktu adegan sebelumnya kami kadang harus mengeluarkan teriakan
karena tegang. Kini kami semua terdiam hanya suara desahan dan rintihan yang
terdengar dari dalam televisi serta suara napas kami yang saling memburu tidak
menentu menyaksikan adegan panas di film itu. Perasaanku menjadi panas dingin
tak menentu, penisku mulai ereksi, beberapa kali terpaksa aku memasukan
tanganku ke dalam celana untuk memperbaiki posisi penisku yang semakin kuat
berereksi. Lagipula akukan berada pada posisi paling belakang dari temantemanku
dan tertutup oleh sofa tempat Tari dan Ana, jadi tidak ada yang bisa melihat
pikirku, justru aku yang dapat dengan leluasa mengamati mereka berempat dari
belakang. Aku melihat Awal sudah menurunkan kakinya satu yang tadi berada
diatas sofa, kini kedua pahanya dirapatkan mungkin ia sedang menjepit juga
penisnya yang sedang ereksi. Sedangkan Nono yang masih tiarap di lantai
walaupun dilihat sepintas tidak melakukan aktivitas tetapi dari tempatku. Aku
amati dengan jelas pantatnya sesekali bergoyanggoyang kecil menekan kebawah
seperti ingin menghancurkan lantai yang berada dibawahnya dan Ana kini telah
berubah posisi. Ia sudah tidak tiarap lagi diatas sofa tetapi berbalik dan
terlentang sambil kakinya dilipatkan dan menggoyanggoyangkan kedua pahanya
sehingga roknya jatuh ke belakang yang tentu saja pahanya yang sintal kelihatan
olehku. Tetapi bukan itu saja celana dalamnya juga aku lihat dengan jelas ada
semacam bukit kecil yang tersembunyi dibalik celana dalam itu setelah aku
perhatikan dengan seksama apalagi ketika kedua pahanya dalam posisi terbuka.
Beda dengan yang lain, Tari semakin rapat menjepit gelas ditengah pahanya
sambil tersenyum kecil dengan wajah putihnya yang sudah kemerahan. *** Cerita
Sex Dewasa Terbaru *** Akhirnya film itu selesai kami tonton,
kami saling memandang dan saling melempar senyum
satu sama lain sementara Tari menuju ke tempat videonya untuk mematikan
televisi dan video. Aku, Nono dan Awal berjalan kembali menuju teras dengan
maksudku untuk melanjutkan bermain.Tak lama kemudian Tari dan Ana juga sudah
berada diteras bergabung dengan kami bertiga. Aku pulang dulu ya, kata Nono.
Aku juga, seru Awal kepada kami, lalu mereka turun dari teras dan pulang entah
kenapa mendadak begitu. Sekarang kami tinggal bertiga setelah Awal dan Nono
pulang kerumahnya, sementara hari sudah semakin siang namun Wati pembantu Tari
belum pulang Juga mungkin asyik ngerumpi dengan pembantu tetangga depan
sehingga lupa waktu. Bisa tidak kamu meniru gerakan yang di film tadi? Bisalah!
jawabku membalas pertanyaan Ana. Lalu aku melakukan gerakangerakan menembak,
memukul, menendang pokoknya seluruh gerakan laga yang ada di film tadi, tetapi
rupanya bukan gerakan itu semua yang diinginkan oleh Ana lalu ia berjalan
menuju kearah Tari dan mengajak Tari masuk kedalam ruangan tempat kami menonton
tadi akupun mengikuti mereka berdua dari belakang. Aku berpikir mungkin Ana
menyuruh memutar film lagi agar aku bisa melihat gerakan laga yang ada di film.
Tetapi ternyata kenyataannya lain, Tari ia baringkan di sofa panjang tempat
duduk mereka berdua nonton tadi, lalu mengangkat rok Tari keatas, jelas saja
Tari kaget dan menarik turun roknya kembali. Tetapi ternyata Ana tidak berhenti
sampai disitu. Kamu mau nggak jadi bintang film?, kata Ana kepada Tari. Lalu
Tari mengangguk pelan dan membiarkan Ana mengangkat kembali roknya ke atas
sambil saling berbisik entah apa yang mereka perbincangkan. Ana tidak berhenti
beraktivitas iapun membuka celana dalam Tari sehingga paha putih Tari kelihatan
dengan jelas bukan hanya itu yang Ana lakukan iapun datang ke arahku yang
sedang bengong bercampur heran melihat perlakuan Ana terhadap Tari. Aku yang
seperti orang bodoh megikut saja ditarik oleh Ana menuju ketempat Tari yang
sedang berbaring, jantungku berdegup kencang sekali ketika sudah berada
dihadapan Tari. Bagaimana tidak, aku melihat dengan sangat jelas vagina Tari
yang masih tertutup rapat seperti mulut yang lagi tersenyum padaku, apalagi
melihat bulubulu halus yang baru tumbuh di sekitar vaginanya namanya juga aku
anak lakilaki yang normal penisku langsung ereksi melihat pemandangan nyata
seperti itu, bukan di layar televisi yang biasanya kena sensor. Melihat keadaan
seperti itu Ana lansung memegang penisku yang berada didalam celana dan
meremasremasnya dari luar, tidak puas dengan begitu iapun membuka celanaku dan
keluarlah senjataku yang sudah berdiri tegap lalu dikocoknya penisku, aku
melirik ke arah Tari yang sedang memperhatikan kami sambil senyamsenyum
mengeluselus vaginanya. Napasku semakin tidak teratur perasaanku seperti
terlempar dan melayang keruangan yang kosong apalagi Ana mulai menarik penisku
lalu mendekatkanya ke vagina Tari dan memutarmutarkan kepala penisku di sekitar
vagina Tari yang baru ditumbuhi bulubulu halus.
Melihat Tari menikmati adegan ini akupun mulai
berani merabaraba paha Tari yang mulus dan putih aku juga mulai mepraktekkan
beberapa adegan yang tadi aku lihat di film, jarijari tanganku mulai bermain
disekitar bibir luar vagina Tari. Ah.. uh.. sst.., Tari mulai bersuara yang
sedari tadi hanya memejamkan matanya. Ana mulai mundur perlahanlahan
kebelakang, sekitar setengah meter dari kami lalu duduk menghadap kami
seakanakan melihat dari jauh perbuatan aku dan Tari, aku sempat menoleh kearah
Ana ternyata ia sudah tidak mengenakan rok dan celana dalam sehingga boleh
dikata ia sudah dalam keadaan setengah telanjang. Bagian paha dan vaginanya
sudah terbuka semua, ia juga memainkan jarijari tangan di vaginanya bahkan ada
cairan yang mengalir di sekitar vaginanya itu. Akupun tetap melakukan aktivitas
kepada Tari, kepala penisku aku gesekgesekan dibibir luar vagina Tari yang
sudah licin oleh cairan bening yang menetes keluar dari penisku. Aku tidak
pernah berpikir untuk menusukkan penisku ke lubang vagina Tari karena adegan
itu tidak pernah aku lihat difilm sehingga aku hanya melakukan sebatas
gerakangerakan meraba dan menyentuh saja. Tibatiba Ana berdiri dan menuju kami
berdua satu tangannya membuka bibir vagina Tari dengan dua jarinya sementara
tangan satunya sibuk mengocok penisku yang semakin licin bercampur cairan yang
ada di tangan Ana. Auh.. geli An.. stt.., kataku. Sebentar lagi kamu akan
merasa lebih geli Rur
(kependekan namaku, Rury), jawab Ana. Lalu Ana menuntun
penisku dan meggosokgosokan kepala penisku ke clitoris Tari yang sudah licin
entah kenapa.Selanjutnya dengan perlahan kepala penisku mulai aku rasakan masuk
kedalam lubang vagina Tari. Ah.. sst.. pelanpelan ya sakit nih.., seru Tari.Aku
hanya diam karena sudah tidak sanggup berbuat ataupun berbicara apaapa lagi,
sementara Ana sibuk berusaha menuntun penisku agar bisa masuk dengan aman ke
vagina Tari. Aku mulai merasakan seperempat dari penisku sudah masuk kedalam
vagina tari. Aduh.. ahh.. sst.. digoyang sedikit Rur biar gampang masuknya,
ujar Tari kepadaku. Akupun mulai menekannekan pantatku ke bawah sehingga aku
mulai merasakan penisku sudah hampir tertelan semua oleh vagina Tari. Sementara
itu Ana kembali ke tempatnya semula meninggalkan kami berdua yang sudah bisa
mengendalikan keadaan, iapun kembali memainkan jarijarinya ke vaginanya bahkan
kali ini lebih hebat dari yang tadi;kedua jarinya ia putarputarkan di
clitorisnya sambil berdesis nikmat. Di saat aku sudah mulai mempercepat
goyanganku karena merasakan penisku akan masuk seluruhnya kedalam vagina Tari,
iapun berteriak kesakitan, sambil menahan dadaku dengan kedua tangannya.
Sedikit lagi Tar.. sst.. ahh, kata Ana dari jauh sambil terus mengesekgesek
clitorisnya. Kalau burung Rury sst.. sudah masuk semua auh.. sakitnya akan
hilang ahh.., sambung Ana memberikan instruksi ringan kepada kami. Pelanpelan
ya Rur goyangnya, kata Tari kepadaku yang aku balas hanya dengan anggukan
kepala dan mulai menaik turunkan pantatku yang perlahan tapi pasti semakin cepat,
tetapi tibatiba dorongan Ana ke dadaku dengan kedua tangannya terasa sangat
kuat sekali sehingga dengan segera aku berhenti bergoyang. Sa.. kit.., dengan
sedikit agak berteriak Ana mengeluarkan kata itu. Sst.. aduh.. cabut dulu Rur,
sambung Ana, dengan sangat perlahan. Dan dengan rasa tidak menentu aku
melepaskan penisku dari vagina Tari dan akupun kaget ketika aku melihat ke
penisku yang sudah keluar dari vagian Tari ada semacam darah yang melengket
dibatang penisku yang kemudian aku juga melihat ke vagina Tari ada darahnya
juga. Aku yang memang tidak pernah tahu mengenai hubungan sex atau bersenggama
tentu menjadi panik dan heran mengalami keadaan ini otomatis penisku langsung
berhenti ereksi. Namun setengah meter dari kami, Ana justru sedang menikmati
sekali permainannya bahkan semakin cepat menggosokgosok vaginanya sendiri. Ah..
uh.. sst.. enaknya, desisnya sambil kaki Ana menjulurjulur tegang ke depan yang
kemudian menusukkan jarinya kedalam lubang vaginanya dan mencabutnya serta
menjilatnya sambil tersenyum kecil ke arah kami yang masih dalam kebingungan
karena darah yang kami lihat. Aku menjadi berpikiran bahwa Ana sudah sangat
berpengalaman dalam hal ini. Lalu Ana berdiri dan menuju kearah kami. Darah itu
tidak apaapa Tar!, kata Ana kepada Tari yang masih meringis menahan sakit. Aku
juga begitu awalnya, aku menjadi kaget mendengar pernyataan Ana yang ternyata
benar dugaanku bahwa dia telah lebih dulu melakukan hubungan sex entah dengan
siapa. Lalu Ana membantu Tari bangkit dari tempatnya. Mari aku bantu
membersihkan darah itu dikamar mandi, kata Ana dan mereka berdua berjalan
kebelakang. Aku melihat Tari berjalan disisi Ana sambil tertatihtatih seperti
orang baru belajar berjalan sementara akupun sibuk membersihkan penisku
seadanya dari darah yang melengket dibatang senjataku itu dan mengumpulkan
pakaianku yang berserakan di lantai lalu memakainya kembali. Tak lama kemudian
mereka keluar dari dalam rumah menemuiku yang setelah berpakaian menunggu
diteras, aku melihat Tari masih menahan sakit yang mungkin masih tersisa.
Lalu akupun pamit pada Tari hendak pulang yang
disusul oleh Ana yang juga ikutan mau pulang, aku berjalan turun dari teras
sementara Ana aku lihat masih berbincang dengan Tari yang kemudian menyusulku
dari belakang. Persis ketika aku hendak menutup pintu halaman muncul Wati yang
baru pulang dari ngerumpi dengan tetangga depan. *** Cerita Sex Dewasa Terbaru
*** Dua hari kemudian tepatnya hari Sabtu pagi dan kebetulan hari itu libur
sekolah, aku lupa libur untuk apa yang jelas tanggal di kalender berwarna
merah. Aku, Awal, Ana dan Nono serta beberapa teman lakilaki dan perempuan
berkumpul dilapangan dekat rumah Nono sesuai dengan kesepakatan kami sehari
sebelumnya. Jarum jam di arlojiku sudah menunjukan pukul 09.15 pagi dan kami
sudah lengkap semuanya, kurang lebih ada 11 orang termasuk aku, Awal, Ana dan
Nono. Kita semua akan melakukan pendakian atau semacam kemping kecilkecilan
dibukit belakang lorong kami, kebetulan di belakng lorong kami ada sedikit
bukit yang masih teduh sehingga masih enak untuk dijadikan tempat membuat
kemahkemahan. Tetapi kami tidak bermalam karena jaraknya dekat, petang hari
nanti kami akan pulang juga. Kamipun menuju bukit itu tetapi sambil lewat kami
akan singgah dulu dirumah Tari untuk mengambil beberapa perlengkapan dan
sekalian menjemput Tari dan memang jalan untuk naik ke bukit itu berada sekitar
200 meter dibelakang rumah Tari. Taripun ternyata sudah siap dihalaman rumahnya
dengan memakai topi berwarna warni, baju kaos berwarna biru dan celana puntung
ketat. Segala perlengkapan yang akan kami bawapun telah siap semua sehingga
kami tidak berlamalama disitu. Pikiranku sempat ngeres sedikit ketika melihat
Tari berpenampilan begitu setelah kejadian 2 hari yang lalu, namun ketika Ana
melihat ke arahku aku tersenyum kecil dan mengalihkan perhatianku ketempat
lain. Setelah berjalan satu jam setengah kamipun sampai dipuncak bukit itu dan
mulai membangun beberapa buah kemah untuk dijadikan tempat beristirahat dan
makan. Sementara itu teman perempuan termasuk Ana dan Tari menyiapkan bekal
makanan yang memang telah dimasak dari rumah untuk makan siang kami. Empat buah
kemah telah kami bangun dan siap untuk dibangun. Salah satu kemah kami gunakan
sebagai tempat makan dan menyimpan peralatan, tas dan segala peralatan untuk bermain
serta beberapa makanan sore hari nanti sebelum kami pulang. Sambil temanteman
perempuan terus menyiapkan makanan dan menata peralatan yang disimpan di kemah
itu kami yang pria bermainmain sambil menunggu pangilan untuk makan. Ayo..
makanan telah siap, seru Ana kepada kami yang masih sedang bermain dengan nada
memanggil, kamipun lalu bergabung dengan mereka di tenda tempat makanan
disediakan. Selesai kami santap siang bersama kamipun melanjutkan bermainmain
aku bermain bola dengan beberapa orang teman, ada juga yang masuk ketenda
tidurtiduran mungkin karena kekenyangan. Awal dan Nono aku lihat asyik bermain
gitar dan menyanyinyanyi di bawah sebuah pohon jati tua, disampingya ada Ana
sedang membaca majalah. Aku tidak melihat Tari mungkin ia juga sedang beristrahat
didalam salah satu tenda. Rupanya cuaca kurang bersahabat pada kami hari itu,
tiba tiba hujan turun dengan sangat deras padahal langit pada waktu itu terang
benderang seperti pada waktu kami berangkat tadi.Kamipun berhamburan masuk
ketendatenda untuk berteduh, aku masuk ketenda tempat penyimpanan barang.
Kebetulan pada waktu hujan tadi turun aku sedang mengambil bola yang terlempar
disamping tenda itu. Ternyata ditenda itu hanya ada Tari yang sedang menyiapkan
makanan untuk kami makan sore nanti sebelum kami pulang, akupun membantu Tari
di dalam tenda itu sambil kami berbincangbincang ringan.
Arlojiku di tanganku sudah menunjukan pukul 14.30
siang namun hujan belum reda juga bahkan langit semakin gelap. Lalu aku mencoba
melihat keluar tenda sambil mengamati tendatenda yang lain ternyata Awal dan
dua orang teman perempuan nekat keluar dari tenda tempat mereka berteduh dan
berlari menghampiri aku dan Tari. Rupanya mereka mau mengambil tas mereka di
dalam tenda itu. Tolong dong ambilkan tas kami, nanti kalau kami yang ambil
barang yang lain ikut basah, kata Awal kepada Aku dan Tari dengan nada
menyuruh. Memangnya kalian mau kemana, kataku. Mereka berdua ini punya acara
sebentar malam, sambil Awal memandang kedua teman perempuan kami yang sudah
menggigil kedinginan. Dan mereka memintaku untuk mengantar mereka pulang,
sambung Awal. Apa tidak sebaiknya menunggu hujannya reda, kataku kepada mereka
bertiga. Justru mereka khawatir hujannya terlambat berhenti, sehingga mereka
bisa terlambat untuk keacara itu, kata Awal menjelaskan. Akhirnya mereka
bertiga nekat pulang dengan keadaan hujan yang sangat deras sekali, aku dan
Tari memandang mereka dari dalam tenda yang lama kelamaan menghilang di
kejauhan. Sambil melipat kedua tanganku dan duduk dipintu tenda, aku dan Tari
berbincangbincang ringan, lalu aku merasakan seperti ada sesuatu yang
menggelitik di dalam celana panjangku. Akupun spontan langsung berdiri, Aduh..
apa ini, kataku khawatir takut ada binatang di dalam celanaku. Tanpa banyak
pikir akupun spontan membuka celana panjangku yang tanpa aku sadari Tari berada
di sampingku. Akupun sekarang tinggal mengenakan celana dalam.Waktu itu aku
memang pakai celana dalam karena tahu mau jalan jauh. Aku kibaskibaskan
celanaku hendak menjatuhkan sesuatu apabila ada yang melekat di celanaku sambil
merabaraba seluruh bagian bawah tubuhku sampai ke ujung kaki, bahkan sempat
mengintip kedalam celana dalamku mencari mungkin ada binatang yang masuk ke
situ. Mari coba ku periksa, seru Tari sambil menarik celana panjang yang aku
pegang. Akupun baru sadar bahwa di situ bukan aku sendiri sehingga aku sedikit
malu dalam keadaan setengah bugil didepan Tari. Iapun memeriksa celana
panjangku itu dan hanya mendapatkan sehelai daun dari dalamnya yang entah
kenapa bisa berada di dalam celana panjangku. Mungkin waktu aku sedang bermain
bola tadi yang beberapa kali terjatuh di atas rumput liar. Tari lalu kembali
menyodorkan celana panjang itu kepadaku yang tanpa sengaja menyentuh penisku
yang setengah ereksi akibat tertiup udara dingin. Spontan penisku semakin
ereksi, mungkin tersentuh oleh tangan dingin Tari. Perubahan pada penisku itu
terlihat oleh Tari karena celana dalam yang aku pakai mengembang keluar seakan
ada benda di dalamnya yang memaksa keluar, tetapi aku coba mengacuhkan kejadian
itu sambil mengambil celana panjangku dari tangan Tari kemudian berbalik
membelakanginya. Saat hendak memasukkan satu kakiku kedalam lubang celana
panjangku aku merasakan penisku ada yang meraba dari belakang, karena hanya
bertumpu pada satu kaki saja aku terpelanting ke samping dan jatuh di atas
lantai karpet di dalam tenda itu. Akupun merasakan ada sebuah tangan ikut
tertindih olehku yang ternyata adalah tangan Tari. Pahakupun terasa dingin oleh
karpet yang lembab akibat hawa air hujan yang merembes dari dari dalam tanah.
Walaupun aku telah menindih tangan Tari dan mengira ia kesakitan yang ternyata
tidak. Justru tangan halus itu bekerja meremas remas batang penisku yang
semakin kuat berdiri. Detak jantung terasa makin cepat. Ah.. sst, desahku
dengan napas yang mulai tidak beraturan. Ahh.. ayo.. dong Rur, seru Tari yang
sedang memelukku dari belakang sambil memasukan kedua tangannya ke dalam celana
dalamku, kini kedua tangannya mulai beraksi satunya meremasremas batang penisku
yang satunya lagi memainkan biji penisku. Uh.. sst.. ahh, desisku seakan
melayanglayang. Rupanya setan jahat dibukit itu mulai memasuki kami berdua yang
mulai saling bergulatan di atas karpet yang dingin dalam tenda itu. Rur..,
semenjak kejadian kemarin aku ingin kamu menusukku lagi, bisik Tari dari
belakang persis dekat telingaku sambil terus memutarmutar batang penisku.
Akupun membalikkan badanku dan memposisikan diriku berada diatasnya. Kedua
lututku yang berada disisi luar paha kanan dan kiri Tari menjadi tumpuan
dibantu tanganku yang berada disisi kiri kanan lehernya. Kalau kamu berdarah
lagi, bagaimana?, sambil menggosokgosokkan penisku pada celana puntungya yang
ketat persis diatas posisi pepeknya berada. Kemarin setelah kalian pulang sst..
aku mencoba menusukkan jariku kembali kedalam pepeku uh.., seru Tari sambil
sesekali berdesis mungkin mulai terangsang oleh gesekan penisku di pepeknya
yang masih tertutup oleh celana puntungnya. Memang.. ah.. ada darah.. sst..
tapi hanya sedikit keluarnya, sambungnya lagi. Pokoknya kamu jangan takut,
seakanakan coba meyakinkan aku agar mau melanjutkan permainan ini. Akupun tidak
berhenti beraktivitas diatas tubuh Tari, sedikit demi sedikit aku mulai
melucuti celana puntungnya. Bajumu dibuka dong!, seruku menyuruh Tari membuka
bajunya. Sekarang Tari hanya mengenakan celana dalam saja tanpa merasakan
dinginnya udara, mungkin karena pemanasan yang telah kami lakukan lebih dahulu
tadi. Tanganku mulai mengeluselus paha mulus Tari dan memainkan jarijariku di
pinggir celana dalamnya di sekitar selangkangannya. *** Cerita Sex Dewasa
Terbaru *** Ah.. sst.. didalam dong Rur ouh.., memintaku memasukan tanganku di
dalam celana dalamnya sambil tangannya terus mengocok penisku yang mulai basah
dan licin oleh air yang keluar dari senjataku itu sendiri. Dengan sedikit
permainan tanganku akhirnya celana Tari sudah terlepas meninggalkan tempatnya
melekat dan sebuah bukit kecil memerah terpampang di depanku, peniskupun
semakin kuat dikocoknya. Ouh.. sst.. gelinya.. jangan digoyang terlalu cepat
Tar.. sst, sambil tanganku terus bermain dibibir luar vagina Tari. Tusuk..
uhh.. tusukkan jarimu.. ouh.. Rur, pinta Tari. Akupun memasukkan jari tanganku
kelubang vaginanya. Aduh.. ayo Rur ohh.. goyangin dong sst.., pinta Tari lagi
kepadaku untuk menggerakkan jariku di dalam vaginanya. Ouh.. ayo.. lebih
kencang lagi ohh.. ayo.. Rur, kini pantat dan pinggulnya mulai ikut bergoyang
seperti sedang menari mengikuti permainan jariku di dalam vaginanya. Aku kini
merasakan tangannya sudah berhenti mengocok penisku namun tetap digenggammya
eraterat semakin kencang aku memainkan jariku didalam vaginanya genggamannyapun
semakin kuat sambil terus merintih dan meliukliuk.
Sst.. oh.. woa.., serunya semakin tidak karuan
karena merasakan kenikmatan. Kemudian aku mengganti posisiku pindah diantara
kedua paha Tari yang sudah terbuka lebar dan bertumpu pada kedua lututku
sementara dia tetap pasrah berada di bawahku. Tangannya kini sudah melepaskan
penisku, dia hanya terlentang pasrah menunggu permainan dariku dan merasakan
kenikmatannya. Jari tanganku terus beraksi tetapi bukan lagi bermain di dalam
vagina Tari namun aku tusukkan keluar masuk ke dalam vaginanya dan sesekali
memainkan clitorisnya yang sudah licin sekali. Oh.. enak Rur.. aduh.. sst..,
sambil Tari terus mendesisdesis nikmat. Ouh.. ayo masukkan jarimu semua kalau
bisa oh.. ayo Rur masukan.., pinta Tari sedikit agak berteriak seperti orang
lagi menanti sesuatu yang belum kunjung tiba. Akupun sempat waswas karena takut
kedengaran oleh teman lain, untung saja hujan belum terlalu reda sehingga bisa
sedikit menutup suara Tari tadi. Ohh.. sst.., akupun mulai mendesis melihat
kenikmatan yang diekspresikan oleh Tari lalu penisku yang seperti sudah mau
meledak aku masukkan kepalanya di mulut vagina Tari secara perlahan dan
menggoyanggoyangkannya dengan tanganku yang sesekali memutarnya pada clitoris
Tari yang sudah licin oleh campuran air punyaku dan punya Tari sendiri. Ahh..
enak ya.., tanyaku perlahan pada Tari. Ouw.. sst.. enak Rur ayo masukkin dong
oh.., balas Tari dengan suara napas yang semakin memburu ditengah suara hujan
yang mulai reda. Kaki Tari aku rasakan mulai melingkar di pinggangku dan secara
perlahan mendorong pinggulku kedepan sehingga perlahanlahan batang penisku
mulai terbenam ke dalam lubang vaginanya. Ohh.. ayo Rur masukkan sst.., pinta
Tari untuk kesekian kalinya kepadaku. Ahh.. aduh enaknya.. oh.., balasku mulai
merasakan setengah penisku sudah masuk ke dalam lubang kenikmatan itu. Ayo..
goyang Rur, seru Tari padaku, akupun mulai menaik turunkan pantatku. Ohh..
ohh.. uh.., desisku dengan suara napas yang semakin memburu merasakan
kenikmatan yang baru aku rasakan. Penisku kini sudah tenggelam semua kedalam
vagina Tari akupun tak berhenti bergoyang bahkan semakin cepat seperti ada
dorongan dari dalam akibat rasa geli yang semakin menggelitik. Kaki Taripun
kini semakin erat terasa melingkar dipinggangku bahkan semakin kuat ketika
penisku aku tekan dalamdalam. Ohh.. yah.. yah.. ohh.., tibatiba Tari mengerang
panjang sekali dan terasa penisku dihimpit keras di dalam vaginanya, kakinya
kini terasa semakin erat sekali melingkar di pinggangku sehingga terasa sakit
sedikit di situ. Perlahanlahan kaki Tari terjatuh lemas terlepas dari
pinggangku aku yang melihat ekspresi Tari justru semakin bernafsu akupun
semakin kencang menggoyangkan penisku keluar masuk dari vaginanya namun
tibatiba pintu tenda terbuka dan aku kaget sembari cepatcepat turun dari atas
tubuh Tari yang sudah lemas dan pasrah. Ternyata yang masuk itu adalah Ana
ingin menanyakan kapan kita akan pulang karena hujan telah berhenti dari tadi
tanpa Aku dan Tari sadari, akupun melirik ke arlojiku yang telah menunjukkan
pukul 17.15 sore. Berbeda dengan aku yang sedikit agak gugup dengan kehadiran
Ana dan menyaksikan perbuatan kami, Tari dengan keadaan yang sedikit lemas
menjawab pertanyaan Ana. Ayo sekarang kita pulang saja, sambil mengenakan
pakaiannya satu persatu. Akupun sudah mengenakan pakaianku dari tadi ketika Ana
membuka pintu kemah. Taripun membenahi segala peralatan yang akan dibawa pulang
serta satu persatu temanteman mengambil barangnya yang disimpan ditenda itu.
Aku mendengar di luar temanteman mulai sibuk membongkar tenda dan bersiap untuk
pulang. Kembali Ana masuk kedalam tenda itu dimana aku masih berada di dalamnya
hendak mempersiapkan juga peralatanku untuk dibawa. Tanpa aku sadari Ana
memperhatikan resleting celanaku yang lupa aku naikkan. Rur enak ya tadi, aku
kaget mendengar pertanyaan Ana itu. An jangan bilang siapasiapa ya, balasku
kepada Ana. Oke! Pasti nikmat sekali ya Rur, tanya Ana lagi kepadaku dengan santainya.
Nikmat apanya waktu kamu masuk tadi aku belum selesai, balasku menjawab
pertanyaan Ana dengan nada sedikit kecewa. Ohh.., seru Ana. Tiba-tiba tangan Ana
mengarah ke bagian penisku sambil berkata, Itu restnya lupa dikancing. Aku
pikir ia akan membantuku mengancing restliting celanaku karena kedua tanganku
sudah terlanjur penuh dengan barangbarang yang akan aku keluarkan dari tenda
itu. Ternyata ia malah membuka celanaku dan memerosotkannya sampai di lututku
dan mengocok penisku yang tidak tahu apa sebabnya sudah dalam keadaan ereksi.
Karena memang aku masih tanggung tadi dengan Tari aku membiarkan Ana mengocok
penisku sambil menurunkan kembali barang yang berada di kedua tanganku. Ayo
Rur.. kasih keluar, seru Ana. Oh.. ya.. sst.. cepat sedikit.. An.. oh.. uh..,
menyuruh Ana mempercepat kocokannya. Ah.. ya.. sudah geli nih..ya..sedikit
lagi.., seruku dengan napas sedikit memburu. Oh.. ya.. enaknya.. uhh.., air
maniku muncrat sampai empat kali dan sedikit mengenai wajah Ana. Perasaanku
langsung seperti melayang ke langit ketujuh dan berangsurangsur merasa lemas
dan berlutut dibawah kaki Ana. Tak lama kemudian Ana menegurku sambil
tersenyum, Rur ayo pulang sudah sore nih. Akupun tersadar dan buruburu berdiri,
menarik celanaku dan mengancingnya kembali lalu membawa barang yang tadi hendak
aku bawa keluar dari tenda itu. Setelah kami sudah siap semuanya kamipun
bergerak pulang kembali tepat jam di tanganku menunjukkan pukul 17.48 sore . Tamat
No comments:
Post a Comment